BERITA SEPUTAR GORONTALO, NASIONAL DAN INTERNASIONAL............... BERITA PERTAHANAN DAN KEAMANAN WILAYAH KEDAULATAN NKRI DAN ASEAN...........

Sabtu, 25 Februari 2012

Perang Dunia III Terancam Meletus


SAROV— Kekhawatiran dunia bahwa perseteruan Israel dan Iran akan memicu perang dunia III makin mendekati kenyataan. Bagaimana tidak. Rusia yang jelas-jelas berada di pihak Iran, makin berani menyerang Amerika Serikat, negara adidaya yang dikenal merupakan sekutu Israel.

Sabtu (25/2) kemarin, Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin menuding Amerika Serikat (AS) menggunakan isu nuklir untuk menggulingkan Pemerintah Iran yang saat ini dipimpin oleh Presiden Mahmoud Ahmadinejad. "Dengan kedok mencegah penyebaran senjata pemusnah massal, AS mencoba untuk menggulingkan Pemerintah Iran," ujar Putin, seperti dikutip Russia Today, Sabtu (25/2).

Putin bahkan menuduh AS melakukan monopoli persenjataan di dunia ini lewat pembangunan sistem pertahanan di wilayah Eropa, yang dinilai mengancam Rusia. Rusia juga menganggap AS selalu mengabaikan dialog dengan Rusia untuk membahas masalah pertahanan regional.

Perundingan AS dan Rusia terkait masalah sistem pertahanan misil Eropa mengalami kemacetan. Tidak ada hasil yang signifikan, yang dicapai oleh kedua belah pihak. Putin langsung menyebut Barat tidak memahami apakah arti dari pelucutan persenjatan.

"Keamanan nasional merupakan suatu hal yang amat sangat penting, namun pembangunan keamanan nasional tidak dapat dilakukan dengan cara mengancam keamanan global dan mengacaukan keseimbangan kekuatan," imbuhnya.

Mantan pejabat intelijen Rusia itu juga melontarkan komentarnya untuk menyikapi proses kampanye pemilihan presiden di AS. Hingga kini, banyak sekali bakal calon Presiden AS dari Partai Republik yang memiliki sikap keras dan bahkan tidak akan bersahabat dengan Rusia bila mereka terpilih sebagai presiden. "Bila para politisi neo-konservatif itu mencoba untuk bersikap keras terhadap Rusia, mereka dapat melakukannya sampai kami membalasnya," tegas Putin.

Kekhawatiran pecahnya perang hebat di timur tengah sebelumnya sudah disampaikan Menteri Luar Negeri Inggris William Hague. Ia mengkhawatirkan akan terjadi perang dingin baru dengan negara Timur Tengah. Perlombaan senjata nuklir di antara Negara Timur Tengah ditengarai menjadi pemicunya.

Hague memperkirakan dunia dapat terperosok dalam perang dingin baru, layaknya perang antara dunia barat dengan Uni Soviet. Tetapi Hague bersikeras bahwa negaranya tidak mendukung aksi militer yang ditujukan kepada Iran, seperti yang pernah direncanakan oleh Israel.

"Ada krisis di depan mata, yang bisa menyebabkan bencana bagi dunia internasional. Iran jelas sekali tetap meneruskan program senjata nuklirnya," ungkap William Hague seperti dikutip The Daily Telegraph.

Hague menambahkan, bila Iran tetap meneruskan program nuklirnya, maka negara-negara di kawasan Timur Tengah lainnya tentu akan mengikuti langkah yang sama dengan Iran.

"Ancaman perang dingin di Timur Tengah bisa saja terjadi bila program nuklir berlanjut tanpa ada mekanisme keselamatan. Ini tentunya menjadi bencana bagi dunia," tutur Hague.

Ada kekhawatiran lain bahwa Presiden Mahmoud Ahmadinejad tidak akan mengakhiri program nuklirnya, meskipun Iran sudah dijatuhkan sanksi. Israel pun berencana untuk menyerang Iran dalam waktu beberapa bulan ke depan, bila sanksi gagal mengatasi Iran.

Iran selama ini tetap dengan pendiriannya bahwa program nuklir mereka digunakan untuk kepentingan damai. Namun, dunia barat dan Israel tidak pernah mempercayai hal ini dan mendesak agar Iran segera mengakhiri program nuklirnya.

Diketahui juga, ketegangan Israel dan Iran bukan cuma di level kata-kata. Sebab walau perang konvesional skala masif antara Israel dan Iran memang belum pecah, tapi bukan berarti kedua negara belum saling bunuh. Perang bisa dikata sudah dilakukan walau dalam medan pertempuran berbeda: mulai dari hi tech ala cyber war hingga pembunuhan ala badan intelijen.

Di perang dunia teknologi tinggi itu, Israel, bersama Amerika Serikat, disebut-sebut meluncurkan Stuxnet, sejenis virus komputer, yang berhasil menghapus sekira 20 persen data krusial fasilitas nuklir Iran. Virus ini sampai saat ini diakui sebagai senjata 'pembunuh' dunia Cyber paling canggih.

Beda virus yang sudah beredar sejak medio 2009 lalu dengan virus-virus komputer lainnya adalah sasarannya. Stuxnet mengkhususkan diri pada pengacauan program pengatur sebuah alat di fasilitas nuklir yang disebut centrifuge. Virus tersebut membuat alat itu berputar-putar di luar kontrol.

Keberhasilan virus tersebut diperkirakan membuat program pengembangan nuklir Iran sempat tersendat, walau tak sampai merontokkannya. Intinya, virus itu cuma menyerang dan mempengaruhi komputer-komputer yang berisi progtam pengembangan nuklir.

Israel, melalui jaringan inteleijennya, juga disebut-sebut membunuh dan melukai setidaknya 5 ilmuwan nuklir Iran, dalam upaya negara itu menghentikan dan mengacaukan program nuklir Iran, sejak medio 2010 lalu. Mereka antara lain adalah Massoud Ali Mohammadi, Fereydoun Abbasi Davani, Majid Shahriari, dan, paling anyar, Mostafa Ahmadi Roshan.

Metode upaya menghabisi nyawa mereka relatif sama. Mohammadi dihabisi dengan sebuah bom motor yang diparkir dekat mobilnya. Begitu pula dengan Davani, Shariari dan Roshan. Hanya saja Davani selamat dari bom tersebut.

Tindakan Israel itu diduga dibalas Iran dengan tindakan serupa. Dua buah mobil yang ditumpangi diplomat Israel meledak di dekat Kedubes Israel di New Delhi, India, dan Tbilisi, Georgia. Hal terbaru adalah dugaan penyerangan diplomat Israel di Bangkok oleh seorang warga Israel dengan menggunakan bom rakitan yang disembunyikan dalam alat pemutar musik.

Sejumlah berita yang bertebaran di Internet, yang sulit dikonfirmasi kebenaran, atau ketidakbenarannya, menyebutkan Israel sedang menyiapkan sejumlah skenario serangan presisi yang akan membuat serangan mereka, saat perang konvensional pecah, menjadi efektif. Israel memang sedapat mungkin harus membuat perang tuntas secepat mungkin, dengan memastikan semua fasilitas nuklir Iran berhasil dilumpuhkan.

Sebab, jika itu gagal dilakukan, berbagai negara Arab lain, dan sekutu-sekutu Iran lainnya di belahan dunia lain, akan membantu negeri itu memerangi Israel, dan membuat perang berkepanjangan. Skenario itu tidak disukai Israel dan Amerika Serikat. (*)

0 komentar:

Posting Komentar