BERITA SEPUTAR GORONTALO, NASIONAL DAN INTERNASIONAL............... BERITA PERTAHANAN DAN KEAMANAN WILAYAH KEDAULATAN NKRI DAN ASEAN...........

Selasa, 07 Februari 2012

lumba-lumba langka ditemukan di kaltim


Tim survei WWF Indonesia, bekerjasama dengan Badan Pengembangan Sumberdaya Pesisir dan Laut Pontianak berhasil mempelajari dan mendokumentasikan keberadaan populasi Orcaella brevirostris, atau pesut, atau lumba-lumba air payau. Mereka ditemukan di perairan Kubu Raya dan Kayong Utara, Kalimantan Barat.

Selain spesies yang dalam bahasa Inggris disebut juga dengan Irrawaddy dolphin, tim peneliti juga menemukan satu kelompok Sousa chinensis atau lumba-lumba putih atau lumba-lumba punggung bungkuk di perairan tersebut. Temuan ini mengindikasikan tingginya keanekaragaman hayati ekosistem air payau di perairan sebelah barat Pulau Kalimantan itu.

“Keberadaan pesut di kawasan perairan tersebut belum pernah diketahui sebelumnya, sehingga studi awal ini merupakan langkah menggembirakan,” kata Albertus Tjiu, ahli konservasi satwa dari WWF-Indonesia yang terlibat secara aktif dalam survei itu, dalam keterangan resminya, 7 Februari 2012.

Menurut Albert, ditemukannya populasi pesut tersebut mengindikasikan pentingnya peningkatan upaya perlindungan habitat satwa air tersebut, baik di hulu maupun hilir sungai. Termasuk hutan bakau dan nipah di selat-selat sempit di perairan di Pulau Kalimantan.

Sebagai informasi, ancaman utama populasi pesut di perairan itu di antaranya adalah konversi hutan mangrove yang menjadi habitat satwa tersebut untuk bahan baku industri arang. Degradasi habitat hutan sekitar perairan untuk bahan baku bubur kertas (pulp) komersial, aktivitas lalu lintas air yang tinggi dan dapat menimbulkan stres bagi satwa, serta tercemarnya air sungai merupakan ancaman lain.

“Pelaku usaha yang beroperasi di sekitar perairan itu harus menerapkan praktik pengelolaan usaha yang ramah lingkungan atau best management practices serta memperhatikan sumber-sumber bahan bakunya agar tidak mengancam kelestarian hutan bakau dan perairan tersebut pada umumnya,” kata Albert.

Di seluruh dunia, sebenarnya ada dua spesies pesut yakni Orcaella brevirostris dan Orcaella heinsohni (Snubfin dolphin). Perairan-perairan di Indonesia sendiri umumnya dihuni oleh Populasi Orcaella brevirostris.

Diperkirakan, populasi tertinggi pesut terdapat di perairan hutan bakau Sundabarn, Bangladesh dan India dengan populasi sekitar 6.000 ekor. Adapun populasi lainnya terdapat di Sungai Mekong Kambodia yaitu sekitar 70 ekor, kemudian di Sungai Ayeyawardi di Myanmar dan Sungai Mahakam Kalimantan Timur.

Ketiga lokasi ini dikategorikan memiliki populasi paling kritis (Critically Endangered), sedangkan lainnya dikategorikan sebagai rentan (Vulnerable).

“Perairan Kubu Raya dan Kayong Utara habitat pesut berada di hilir kawasan Heart of Borneo yang berada di wilayah Indonesia. Kelestarian hutan di daerah hulu sungai juga menjadi faktor yang sangat penting demi terpeliharanya ekosistem air tawar di bagian hilir di mana terdapat habitat pesut,” kata Tri Agung Rooswiadji, Koordinator Konservasi Air Tawar WWF-Indonesia pada kesempatan yang sama.

“Ekosistem perairan sangat rentan terhadap perubahan lingkungan. Sebagai spesies yang hidup di dua jenis perairan, tawar dan asin, pesut dapat menjadi spesies indikator yang mengindikasikan sehat atau tidaknya ekosistem perairan tersebut,” lanjut Tri Agung.

Temuan terkait populasi dan habitat satwa ini diharapkan dapat menentukan langkah-langkah serta kebijakan yang dibutuhkan untuk perlindungan populasi dan lingkungan di sekitarnya. “Survei di perairan Kubu Raya dan Kayong Utara ini merupakan survei awal, kami berharap akan ada survei lanjutan di sungai-sungai di bagian hulu seperti Sungai Kapuas, Sejenuh dan Mendawa,” kata Tri Agung.

Kris Handoko Kepala Seksi Konservasi dan Pemanfaatan BPSPL Pontianak mengatakan bahwa pihaknya mendukung dilakukannya kajian lebih lanjut mengenai spesies pesut ini dan siap bekerjasama dengan berbagai pihak untuk terlaksananya monitoring dan program konservasi mamalia unik itu.

Sebagai gambaran, sejak 2009 hingga saat ini, WWF-Indonesia, BPSPL dan sejumlah mitra lain telah melakukan kajian mengenai populasi dan habitat pesut di Kalimantan yaitu di Sungai Sesayap Kabupaten Nunukan Kalimantan Timur. Habitat di Kubu Raya dan Kayong Utara, Kalimantan Barat sendiri mulai dipantau sejak Oktober 2011

0 komentar:

Posting Komentar