Minggu, 19 Februari 2012
Siasat Politikus Demokrat untuk Selamat?
KOMPAS.com - Begitu turun dari kendaraan yang mengantarnya ke Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Jumat (17/2/2012) siang, Ketua Komisi X DPR Mahyudin langsung menyapa wartawan yang tengah berkumpul di lobi gedung. Senyum Mahyudin mengembang saat menyapa sebagian wartawan dengan sebutan ”ananda”.
Langkah Mahyudin tegap menuju lift yang membawanya ke lantai satu, tempat sidang suap wisma atlet dengan terdakwa mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin digelar.
Tak ada kesan bahwa Guru Besar Universitas Sriwijaya Palembang itu pernah terserang stroke. Mahyudin terlihat sangat sehat. Siang itu Mahyudin yang juga politikus Partai Demokrat dijadwalkan bersaksi.
Dia tercatat pernah bersama Nazaruddin dan Angelina Sondakh menemui Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng. Dalam pertemuan itulah, Nazaruddin mengungkapkan telah membereskan sertifikat tanah seluas 32 hektar untuk proyek sarana olahraga terpadu di Hambalang, Bogor, Jawa Barat.
Proyek senilai Rp 1,2 triliun tersebut kini tengah diselidiki Komisi Pemberantasan Korupsi karena diduga dikorupsi besar-besaran. Nazaruddin malah menuding PT Adhi Karya yang mengerjakan Proyek Hambalang telah memberikan uang dalam jumlah besar kepada Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum, yang dituding Nazaruddin, digunakan untuk memenangkan kursi ketua umum Partai Demokrat dalam kongres di Bandung tahun 2010.
Mahyudin memang diharapkan bisa memberi kesaksian yang mengungkap keterlibatan beberapa petinggi Partai Demokrat dalam sejumlah kasus korupsi yang melibatkan Nazaruddin. Apalagi, Mahyudin adalah Ketua Komisi X DPR yang mitra kerjanya, antara lain, adalah Kementerian Pemuda dan Olahraga. Sayangnya, seperti Angelina Sondakh, Mahyudin pun lebih banyak menjawab ”tidak tahu, lupa, atau tidak ingat”, atas semua pertanyaan majelis hakim, jaksa, dan pengacara yang ingin ”merekonstruksi” kasus suap wisma atlet.
Berbeda dengan Angelina, Mahyudin sudah membekali diri untuk jawaban tidak tahu, lupa, dan tidak ingat. Dokter kandungan ini di depan hakim mengaku pernah terserang stroke.
Itulah yang jadi alasan Mahyudin untuk bisa menjawab ”lupa dan tidak ingat”. Sebenarnya ada juga yang lucu dari penyakit stroke Mahyudin dan jawaban lupanya. Mahyudin mengaku hanya ingat makanan saat pertemuan dengan Andi bersama Angelina dan Nazaruddin, antara lain udang.
Pengacara Nazaruddin Hotman Paris Hutapea pun mencibir, ”Katanya stroke, tetapi malah ingat udang.” Saking geramnya karena jawaban lupa dan tidak ingat Mahyudin, Hotman pun meminta Badan Kehormatan DPR memeriksa Mahyudin. ”Masa orang sering lupa dipercaya jadi pemimpin komisi di DPR,” katanya.
Tidak tahu, lupa, atau tidak ingat sebelumnya juga menjadi jawaban andalan Angelina menjawab pertanyaan hakim, jaksa, dan pengacara saat menjadi saksi di kasus Nazaruddin.
Angelina bahkan tak mengaku pernah berkomunikasi melalui Blackberry Messenger (BBM) dengan Mindo Rosalina Manulang. Malah yang membuat Angelina dituding berbohong adalah pengakuannya yang mengatakan baru menggunakan Blackberry akhir tahun 2010. Angelina tetap membantah meski disodorkan sejumlah bukti berupa foto-foto dirinya memegang Blackberry pada pertengahan tahun 2009.
Selain hakim, jaksa, dan pengacara, Nazaruddin sebagai terdakwa menjadi orang yang paling mencecar Angelina ataupun Mahyudin di persidangan. Pertanyaan Nazaruddin yang berupaya merekonstruksi ingatan Mahyuddin soal pembicaraan dalam pertemuan dengan Andi sempat disela ketua majelis hakim Dharmawati Ningsih. Dharmawati beberapa kali memotong pertanyaan Nazaruddin dan memintanya agar langsung bertanya kepada Mahyudin.
Mahyudin memang sempat menjawab sebagian isi pertemuan, seperti laporan Nazaruddin ke Andi tentang bagaimana dia membereskan persoalan sertifikat tanah untuk proyek Hambalang. Namun, saat hakim bertanya mengapa Nazaruddin yang saat itu anggota Komisi III bidang hukum, tetapi terlibat mengurus proyek Hambalang yang jadi domain Kementerian Pemuda dan Olahraga, Mahyudin menjawab tak tahu.
Demikian halnya Angelina, malah ketika Nazaruddin mengingatkan beberapa pertemuan yang dihadiri Angelina, termasuk pertemuan tim pencari fakta, yang menurut Nazaruddin, Angelina mengaku menerima uang Rp 9 miliar, lalu uang tersebut dibagikan ke Mirwan Amir Rp 8 miliar. Masih menurut Nazaruddin, oleh Mirwan, uang tersebut dibagikan juga kepada Anas Rp 2 miliar dan pengurus fraksi Rp 1 miliar. Angelina menjawab, tidak ada pertemuan seperti itu.
Siapa sebenarnya yang dilindungi oleh kesaksian Angelina dan Mahyudin?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar