BERITA SEPUTAR GORONTALO, NASIONAL DAN INTERNASIONAL............... BERITA PERTAHANAN DAN KEAMANAN WILAYAH KEDAULATAN NKRI DAN ASEAN...........

Sabtu, 14 Januari 2012

Pelebaran Jalan Manado Picu Urbanisasi?


Laporan Wartawan Tribun Manado Budi Susilo

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Menyusuri sepanjang Jalan Yos Sudarso di Kota Manado pakai sepeda motor waktu fajar sekitaran jam 10 pagi, persisnya di arah tikungan jalan ke arah perempatan patung Kuda Paal Dua ada berpenampilan beda wajah kota berjulukan Coelacanth ini, Sabtu (14/12/2012).

Melihat lokasi yang biasa dikenal kawasan Martadinata ini, jalannya teraspal lebih mulus, direnovasi menjadi baru, juga luasnya pun tambah lapang lebih lebar. Maklumlah dana pembangunannya diambil dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara 2011 yang memakan uang sebesar Rp 18,4 miliar.

Jadi kondisi terkini, terhitung dari 7 April 2011, tikungan jalannya berukuran lebih lapang, arus dua jalurnya dengan kemampuan volume kendaraan bisa tampung sampai empat mobil besar dan pastinya mampu melaju lancar.

Ditempat ini pun, biasanya oleh orang-orang kebanyakan dijadikan penanda lokasi jualan para pedagang buah durian musiman. "Ada tikungan belok, disitu banyak berjejer lapak jualan durian manis dan nikmat," ujar warga yang pernah berpengalaman belanja durian ditempat itu.

Gelap gulita suara teriak jangkrik sangat terasa, itulah kesan di daerah jalan ini bila di malam hari kala itu. Maklum di daerah ini pinggirannya dihiasi bukit, kebun rindang hijau semak belukar, suasana seperti hutan belantara benar-benar terasa.

Walau berkesan magis, tidak berarti di tempat itu berhantu, akan selalu menggrayangi dan menakuti setiap orang yang melewatinya. Kalau pun ada itu pasti hanya cerita bohong alias takhayul. Jalan yang diambil dari nama pahlawan asal Kota Salatiga Jawa Tengah ini termasuk jalan kawasan pusat kota di bagian Manado Utara.

Kenapa harus jadi penghubung pusat kota di bagian Manado Utara ? ini penting dilakukan agar pusat kota itu tidak hanya milik kawasan Boulevard, Megamas hingga sampai Malalayang di Manado bagian Selatan. Supaya kepadatan penduduk bisa terpecah dan bersifat merata, apalagi kegiatan perekonomian pun tidak berkesan sentralistis ada semacam keadilan.

Di situ, selain berdekatan dengan perusaahan penyedia air berteknologi Belanda, juga dekat dengan bangunan pasar Segar Paal Dua, sebuah lokasi pasar yang satu-satunya berkonsep tradisional dengan nuansa modern. Jaraknya sekitar 100 meter, bila mengenakan kendaraan bermotor mampu ditempuh sangat cepat, tidak sampai satu menit tiba di lokasi.

Akankah melihat kondisi ini pertanda Kota Manado akan jadi bernasib sama dengan Kota Jakarta yang disinggung sebagai A Sick Society oleh harian The Jakarta Post 9 Desember 2011.

Persepsinya, pembangunan infrakstruktur secara pesat membawa dampak terhadap pola kota yang bermasyarakat heterogen karena inilah kemudian timbul pula dorongan masyarakat untuk berurbanisasi, menempati satu wilayah untuk berkompetisi yang terkadang lupa tanpa kendali berujung pada berbagai aksi anomali sosial dalam wajah perkotaan.

Berkaca pada Ibu Kota Indonesia, Jakarta telah mengalaminya. Di era tahun 1930-an Jakarta masih sepi, rindang pepohonan masih dapat ditemui, kualitas air sungai Ciliwung saat itu masih jernih. Tetapi ketika tahun terus bergulir, oleh orang-orang pintar begitulah disebutnya, Jakarta semakin berkembang jalan bagus dan diperlebar dan kini ironinya berdasar jejak pendapat litbang harian Kompas 31 Oktober 2011 mayoritas responden Jakarta semakin tidak aman, kejahatannya meningkat dari sisi kuantitas ataupun kualitas.

Semoga-lah, hal ini jadi pelajaran Kota Manado. Bukan berarti adanya pelebaran jalan di Yos Sudarso jadi pembuka simbol kebobrokan kehidupan perkotaan atau pula jadi momok menakutkan sosiologi perkotaan Manado, lantas menentang terhadap modernisme kehidupan dengan selalu menghambakan pada nilai-nilai kuno.

Yang perlu di perhatikan adalah tetap mendasari pada unsur kearifan lokal, mampu memainkan peran masyarakat yang beradab meski sistem dan pola kehidupan terus berdinamisasi.

Singapura tetangga Indonesia, walau modern hidup dengan segala perlengkapan infrastruktur kehidupannya pun dapat hidup teratur berkesinambungan mampu ciptakan keamanan dan kenyamanan penduduknya, dan Manado serta siapa pun kotanya itu dapat melakukan hal ini.

Sekedar mengingat dari pernyataan presiden Soekarno pada 17 Agustus 1966, "Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah," maka menyikapi hal ini, penataan Jalan Yos Sudarso di Kota Manado mungkin bisa jadi gerakan refleksi terhadap keberadaan kota-kota sebelumnya yang telah melakukan metamorfosa, biar dampak buruknya bisa dihindari dan efek baiknya jadi pelajaran yang harus diterapkan. Salam Grak tuk Kebaikan. (bdi)

0 komentar:

Posting Komentar